Dr. Tengsoe Tjahjono Tanggapi Polemik Penggunaan AI pada Penulisan Karya Sastra pada Kuliah Umum di FIB UB_1

Kemajuan kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI) telah membawa perubahan besar di berbagai bidang, termasuk sastra. AI kini mampu meniru gaya penulisan dan menghasilkan karya yang memicu perdebatan terkait orisinalitas, etika, serta posisi manusia dalam penciptaan sastra.

Menjawab kebutuhan akan pemahaman yang lebih mendalam mengenai dampak AI dalam ranah sastra, Program Studi (PS) Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Brawijaya (UB) menggelar kuliah umum bertajuk “A.I dan Problematika Penulisan Karya Sastra”, yang berlangsung di Aula Gedung A FIB UB pada Senin (28/10/2024).

Kuliah umum ini menghadirkan Dr. Tengsoe Tjahjono, seorang sastrawan dan akademisi berpengalaman yang telah berkarya sejak 1986. Dr. Tengsoe dikenal atas inovasinya dalam sastra, seperti cerpen tiga paragraf (pentigraf) dan puisi tiga baris (putiba). Ia telah menerima berbagai penghargaan di tingkat nasional, salah satunya penghargaan Sastrawan Berprestasi dari Gubernur Jawa Timur. Keahliannya di bidang sastra tidak hanya diakui di dalam negeri. Dr. Tengsoe pernah menjadi dosen tamu di Hankuk University of Foreign Studies (HUFS), Korea Selatan.

Ketua PS Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Dr. Eti Setiawati, M.Pd., dalam sambutannya menekankan pentingnya bulan bahasa untuk memperkokoh semangat kebangsaan dan pengembangan bahasa serta sastra Indonesia.

Dr. Tengsoe Tjahjono Tanggapi Polemik Penggunaan AI pada Penulisan Karya Sastra pada Kuliah Umum di FIB UB_2

“Bulan Oktober diharapkan bisa menjadi waktu untuk memelihara semangat sumpah pemuda dan semangat lahirnya bahasa dengan mengembangkan bahasa dan sastra Indonesia. Dari dulu hingga kini, bahasa terus berkembang, dan saat ini perkembangannya diwarnai dengan adanya AI. Maka tema ini sangat relevan untuk disampaikan oleh Pak Tengsoe,” ujarnya.

Dr. Eti berharap mahasiswa dapat memahami bahwa meski AI mampu menghasilkan karya sastra, nilai-nilai kreatif harus tetap berakar pada kesadaran diri penulis.

Dalam pemaparannya, Dr. Tengsoe menekankan pentingnya menggunakan AI sebagai alat bantu yang bijak.

“Bagaimana pun, AI diciptakan untuk memudahkan manusia. Maka, akan menjadi sia-sia apabila tidak digunakan. Persoalannya adalah bagaimana manusia menggunakan AI? Apakah manusia akan tetap menjadi subjek atau justru menjadi objek dari AI?” ucapnya.

Dr. Tengsoe melanjutkan dengan menyoroti bahwa AI sebetulnya tidak memiliki kreativitas, terutama dalam ranah sastra.

Dr. Tengsoe Tjahjono Tanggapi Polemik Penggunaan AI pada Penulisan Karya Sastra pada Kuliah Umum di FIB UB_3

“Sebetulnya, AI sama sekali tidak kreatif, terlebih dalam penulisan karya sastra. Ia hanya mengulang pola-pola yang telah dipelajari dari data yang ada. Manusia dengan High Order Thinking Skills akan tetap bisa memanfaatkan alat ini untuk memaksimalkan karyanya. Namun, bagi yang tidak, mereka justru akan diperbudak oleh pengulangan yang tidak kreatif dari AI ini,” jelasnya.

Dr. Tengsoe juga membahas tanggapan para ahli mengenai penggunaan AI dalam sastra. Sementara beberapa pihak mendukung AI sebagai alat bantu, ada pula yang meragukan dampaknya pada orisinalitas dan kreativitas sastra. Ia menegaskan bahwa dilema etis, seperti hak cipta dan tanggung jawab moral, juga muncul dari penggunaan AI.

“Yang jelas, AI akan melakukan sesuatu apabila diberikan perintah. Maka, yang pasti bertanggung jawab terhadap apa pun yang ditulis oleh AI adalah siapa pun yang memberikan prompt dan instruksi kepada AI itu,” tambahnya.

Dr. Tengsoe Tjahjono Tanggapi Polemik Penggunaan AI pada Penulisan Karya Sastra pada Kuliah Umum di FIB UB_4

Dr. Tengsoe menutup pemaparannya dengan mengingatkan bahwa, meski AI dapat menyusun pola-pola baru seiring dengan makin kayanya data, teknologi ini tetap tidak mampu menggantikan pengalaman kemanusiaan yang menjadi inti dari karya sastra. [acl/dts/Humas FIB]