Pembukaan ISCS II oleh Dekan FIB UB, Hamamah, Ph.D.
Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Brawijaya (UB) mengadakan International Seminar on Cultural Sciences (ISCS) II mulai 9 hingga 10 November 2022 secara hybrid. Kegiatan seminar internasional ini ditargetkan menjadi wadah pertemuan akademisi tingkat nasional maupun internasional.
Koordinator ISCS II, I Kadek Yudi Astawan M.Sn., menjelaskan, seminar ini dapat menjadi tempat untuk silang pengetahuan dan pengalaman dari berbagai disiplin keilmuan seperti antropologi, kajian media, sastra, dan seni rupa murni (fine arts). Hal ini khususnya berkaitan dengan tema yang diusung yakni tentang krisis ekologi. Menurut Kadek, tema tersebut menjadi masalah yang sedang dirasakan masyarakat saat ini.
Kadek berharap kegiatan ini dapat menampung banyak pengetahuan dan pengalaman. Hal ini terutama tentang bagaimana manusia dapat bersikap, bertahan, beradaptasi, dan berstrategi dalam menghadapi fenomena krisis ekologi.
Presentasi Keynote Speaker ISCS II, Roberto Rizzo, Ph.D., dipandu oleh Moderator, Hatib Abdul Kadir, Ph.D.
Ada pun seminar ini terbagi atas 10 subtema. Subtema-subtema tersebut antara lain expression of fine arts, environment, and marginal community, ecological crises on popular arts, film, and music, new media, video art, readymade, and found object, serta eco art, land art, site-specific art, and ecological multiculturalism. Selanjutnya, juga akan membahas art in public space, gender, art, and ecological issues, ecological crises in the upland and the coastal societies, performance art and environmental issues, ecological crises from a multidisciplinary perspective, dan molecular engineering in the time of ecological crisis.
Di samping itu, ISCS II juga menghadirkan lima pembicara utama dari berbagai negara. Mereka antara lain Boreth LY, Ph.D. dari University of California, Dr. Hipolitus K. Kewuel, M.Hum. dari Universitas Brawijaya, Roberto Rizzo, Ph.D. dari University of Milan – Bicocca, Dr. Deny Tri Ardianto, Dipl.Art. dari Universitas Sebelas Maret, dan Noria Ak Tugang, Ph.D. dari Universiti Malaysia Sarawak.
Menurut Kadek, total ada 231 peserta yang menghadiri ISCS II, baik secara daring maupun luring. Jumlah ini terdiri atas 88 presenter dan 143 partisipan. Sebagian besar peserta berasal dari Indonesia, India, Pakistan, Cina, Nigeria, dan Ethiopia.
Salah Satu Presenter Memaparkan Materi di Ruang Panel
Sementara itu, Inas Amilia selaku salah satu presenter ISCS II membahas studi kuliner krecek bung dari Candipuro dan Pasrujambe, Kabupaten Lumajang. Studi kuliner krecek bung ini bertujuan untuk menyelidiki hubungan antara makanan, budaya, dan masyarakat. Dengan demikian, ini nantinya bisa dijadikan sebagai identitas budaya kuliner masyarakat tersebut.
Lebih rinci, artikel ilmiahnya berisikan masalah bagaimana cara pembuatan rebung menjadi krecek bung yang tidak ditemui di daerah lainnya. Kemudian mengungkap alasan, latar belakang, dan sejarah alasan rebung dibuat menjadi krecek pada zaman dahulu. Ia juga memaparkan bagaimana krecek bung memiliki makna bagi masyarakat hingga saat ini.
“Terakhir, melihat perbedaan cara pengolahan antara dua tempat yang berbeda dari warisan antargenerasi,” kata mahasiswa Program Studi Antropologi FIB UB ini. [wil/dts/Humas FIB]