Fitriana Puspita Dewi

Aji Setyanto

Retno Dewi Ambarastuti

Program Studi Sastra Jepang, Fakultas Ilmu Budaya

Universitas Brawijaya,

Jl. Veteran, Malang 65145

Email: fitrianapd@gmail.com

ABSTRAK

Untuk mencapai tujuan dari cita-cita imperialismenya, selain menggunakan kekuatan militer Jepang juga memanfaatkan teknik propaganda. Teknik propaganda ini dibawa oleh sejumlah sastrawan dan seniman yang dikirimkan ke daerah pendudukan Jepang dan dilibatkan sebagai anggota departemen propaganda. Mereka menguasai media massa seperti majalah, Koran, radio dan lain sebagainya. Di Indonesia, salah satu media masa yang dijadikan ajang propaganda Jepang adalah majalah Djawa Baroe yang terbit sejak 1 Januari 1943 sampai dengan 1 Agustus 1945.

Dengan menggunakan pendekatan teori New Historicism, penelitian ini bertujuan mencari tahu bagaimana bentuk-bentuk propaganda Jepang pada majalah Djawa Baroe. Hasil penelitian menunjukkan bahwa selama penerbitannya, majalah Djawa Baroe menerbitkan berbagai macam karya sastra propaganda yang berwujud cerpen, cerita bersambung, essai, drama dan lain-lain. Penulisnya sebagian besar adalah sastrawan Jepang dibanding sastrawan Indonesia. Muatan propaganda yang ditampilkan antara lain gambaran akan keburukan Barat, ajakan untuk membantu Jepang mendukung perang, anjuran untuk kerja keras dan hidup hemat serta gambaran Jepang sebagai harapan baru bagi Indonesia.

Kata Kunci:

Sastra, propaganda, pendudukan Jepang, new historicism

ABSTRACT

To raise the purpose of Japanese imperialism, besides using military power, Japan also used propaganda technique. This propaganda technique was done through literature that was brought by some scholars and artists sent to Japanese colonialism area; they were involved as members of propaganda department. Besides writing propaganda literature, these Japanese scholars also recruited local scholars and gave them training to write propaganda literature. They dominated mass media such as magazines, newspapers, radio, and others. In Indonesia, one of mass media used as propaganda site was Djawa Baroe magazine which was published from 1 January 1943 to 1 August 1945. Therefore, using New Historicism approach, this study aims to investigate the forms of Japanese propaganda in Djawa Baroe magazine. The result of this study shows that during Japan Colonialism era, Djawa Baroe published some kinds of propaganda in the form of literary work such as short story, serial story, essay, diary, drama script, movie, comic, poetry, song and comedy play. Compared to the amount of Indonesian scholars involved, most of the writers were Japanese scholars. The contents of the propaganda were Western bad portrayal, invitation to help Japan to support war, suggestion to work hard and live efficiently and also the portrayal of Japan as a new prospect for Indonesia.

Key Words:

Propaganda, Djawa Baroe Magazine, Japanese Colonialism, Literature

KESIMPULAN

Dari hasil penelitian, selama 63 kali penerbitan majalah Djawa Baroe sejak 1 Januari 1943 sampai dengan 1 Agustus 1945, ditemukan 72 karya sastra bermuatan propaganda. Karya sastra tersebut bentuknya beragam. Namun yang dominan adalah cerita pendek sebanyak 17 buah dan film sebanyak 7 buah. Selain itu ditemukan juga drama sandiwara, drama komedi, cerita bersambung, catatan harian, nyanyian dan puisi, komik, essai dan kisah sepanjang jalan.

Prioritas kebijakan propaganda Jepang di Indonesia ada dua yakni menghapus pengaruh-pengaruh Barat di kalangan masyarakat dan memobilisir rakyat demi kemenangan Jepang. Untuk menghapus pengaruh-pengaruh Barat, propaganda yang dimuat pada majalah Djawa Baroe antara lain kebencian akan sekutu, keburukan dan kebengisan Belanda. Belanda membuat orang Indonesia lupa akan adat dan budaya ketimurannya, trauma yang ditinggalkan Belanda dan bahwa Belanda masih perlu diwaspadai karena banyak yang jadi mata-mata musuh. Sementara propaganda untuk memobilisir rakyat antara lain ajakan agar ikut dalam organisasi-organisasi bentukan Jepang seperti PETA, Heiho, Tonarikumi, Djawa Hokokai dan Fujinkai. Propaganda lainnya adalah semangat bekerja keras bagi romusha dan ajakan agar seluruh lapisan masyarakat bersatu padu mendukung perang demi mencapai tujuan Asia Timur Raya.

Jika ditinjau dari penulisnya, pengarang karya sastra bermuatan propaganda didominasi oleh pengarang Jepang yang beragam latar belakangnya, ada yang berasal dari militer, penyair, penulis, pelukis, sutradara film dan lain-lain. Semuanya berada di bawah departemen Sendenbu (departemen propaganda) dan dikontrol oleh Keimin Bunka Shidosho (Pusat Kebudayaan). Selain propagandis Jepang juga terdapat propagandis Indonesia yang juga merupakan penulis, musisi, dramawan dan seniman sandiwara terkemuka di Indonesia. Keterlibatan secara langsung sastrawan Jepang dalam upaya propaganda di bidang sastra ini menunjukkan bukti keseriusan Jepang dalam penguasaannya di Indonesia. Juga menunjukkan bukti lain bahwa sastra pernah menjadi alat penguasa untuk mencapai tujuan politiknya.

DAFTAR PUSTAKA

Brannigan, J. (1998). New historicism and cultural materialism. New York; St.Martin Press

Djawa Baroe, Edisi 1 Januari 1943 – 1 Agustus 1945. Arsip Perpustakaan Nasional Indonesia.

Hutari, F. (2009). Sandiwara dan perang ; Politisasi terhadap aktivitas sandiwara modern masa Jepang di Jakarta 1942-1945. Yogyakarta : Penerbit Ombak

Kamiya, T. (1984). Nanpouchouyousakka. Hokkaidou Daigaku. Diakses dari www.eprints.lib.hokudai.ac.jp

Kurosawa, A. (1993). Mobilisasi dan kontrol ; Studi tentang perubahan sosial di pedesaan Jawa 1942-1945. Jakarta : Grasindo

Wasono, S. (2007). Sastra propaganda. Jakarta : Wedatama Widya Sastra

This entry was posted in Uncategorized. Bookmark the permalink.